Doa, Air Mata, dan Kerinduan yang Tak Pernah Bertepi
Bima, SentralNTB.id — Hidup adalah perjalanan panjang yang tak selalu mudah untuk dilalui. Terkadang kita berjalan di jalanan yang lapang dan terang, namun tak jarang pula kita harus tertatih menyusuri lorong gelap penuh liku, penuh air mata, penuh luka yang tak terlihat mata.
Namun dalam setiap kesedihan, kita diajarkan untuk tetap percaya bahwa segala sesuatu telah ditakar dan ditulis oleh Allah SWT. Tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang terlambat, dan tak ada pula rindu yang benar-benar hilang. Semuanya tersimpan rapi dalam catatan takdir-Nya.
Hari ini, Jum’at, 18 Juli 2025, sebuah kisah yang begitu dalam, menyayat hati, datang dari seorang perempuan kuat asal Bima, Ruwaidah, S.Pd. Ia bukan sekadar seorang guru. Ia adalah sosok wanita tangguh yang di balik ketegarannya, menyimpan sejuta luka, sejuta rindu, sejuta kenangan tentang sosok sang ayah, Arifin Binti Saud, yang kini telah lebih dahulu dipanggil Allah SWT.
Tak ada yang lebih menyakitkan dari kehilangan orang yang paling kita cintai. Dan tak ada luka yang benar-benar sembuh dari perpisahan yang abadi itu. Ruwaidah adalah potret nyata dari anak yang sedang berjuang menahan pedihnya kehilangan, berjuang berdamai dengan gelombang rindu yang tak pernah reda.
Di balik senyuman yang selalu ia tunjukkan kepada dunia, di balik langkahnya yang tampak kuat, tersimpan air mata yang setiap malam jatuh tanpa suara. Hanya Allah yang tahu bagaimana seorang anak menangis dalam sunyi, memeluk rindu yang tak pernah bisa tersampaikan lagi kepada ayah tercinta.
"Tangisku untukmu, Ayah… Arifin Binti Saud. Langkahku tak akan pernah lelah meski rintangan silih berganti. Aku kuat karena doa yang kau wariskan padaku. Aku tegar karena cintamu yang selalu menguatkanku, meski kini ragamu telah tiada. Ayah… setiap langkahku, selalu kuiringi dengan rinduku padamu," demikian ungkapan hati Ruwaidah yang ditulis dengan linangan air mata.
Namun rindu itu tak hanya milik Ruwaidah seorang. Di rumah, sang Mama — wanita yang setia mendampingi sang Ayah semasa hidup — kini juga memendam kesedihan yang tak pernah usai. Dalam hening malam, di antara sujud panjangnya, Mama memohon kepada Allah agar diberi kekuatan, agar dikuatkan hatinya menghadapi hidup yang kini lebih sepi dari biasanya.
“Ayah, Mama selalu merindukanmu… Di saat-saat seperti ini, gelombang ujian selalu datang. Tapi percayalah, tangis kami bukan karena kami lemah, bukan pula karena kami tak sanggup melanjutkan hidup… Tangisan kami adalah bukti betapa cinta kami padamu tak pernah luntur, tak pernah lekang oleh waktu,” lirih Mama, menahan pilu yang tak pernah habis.
Hari demi hari berlalu. Waktu terus berjalan. Namun bagi mereka yang kehilangan, waktu tak pernah benar-benar mampu menyembuhkan. Yang ada hanyalah upaya ikhlas menerima, pelan-pelan belajar berdamai. Namun kerinduan? Itu akan tetap tinggal, menumpuk dalam hati, menjadi bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan.
Dari jauh, anak-anakmu, Ayah… kami selalu mengenangmu. Kami tak pernah lelah menyebut namamu dalam doa. Kami berharap, kelak Allah SWT mempertemukan kita kembali di taman terbaik-Nya. Di surga-Nya. Tempat di mana rindu ini akhirnya menemukan jawaban, tempat di mana air mata ini akhirnya berganti senyuman.”
Lewat kisah ini, Ruwaidah, S.Pd., mengajarkan kita semua tentang satu hal paling sederhana namun paling bermakna: seberat apapun hidup, jangan pernah berhenti bersyukur. Jangan pernah letih untuk terus melangkah, berusaha, berdoa. Karena hidup ini adalah perjalanan menjemput takdir yang sudah ditulis Allah dengan penuh kasih.
Di balik setiap luka, Allah titipkan kekuatan. Di balik setiap air mata, Allah sisipkan pelajaran. Dan di balik setiap kepergian, Allah telah siapkan tempat terbaik bagi hamba-Nya yang tercinta.
"Untukmu, Ayah… Dari anak-anakmu yang selalu merindukanmu… Arifin Binti Saud. Semoga Allah lapangkan kuburmu, semoga Allah anugerahkan tempat paling mulia bagimu di sisi-Nya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin."
Bima, 18 Juli 2025
Ruwaidah Spd — Dari hati yang paling dalam, untuk semua anak yang sedang memeluk rindu yang tak pernah terbalas.

COMMENTS