Bima, SentralNTB.id — Waktu boleh terus berlalu, hari berganti hari, tahun berganti tahun. Namun, ada satu hal yang tak pernah lapuk dimakan waktu: rindu seorang anak dan suami kepada sosok ibu dan istri tercinta yang telah lebih dahulu kembali ke pangkuan Ilahi.
Hari ini, Jum’at, 18 Juli 2025, suasana haru dan penuh duka kembali menyelimuti keluarga besar Almarhumah Ibunda Tercinta, Misbah Binti Umar. Sosok wanita sederhana yang semasa hidupnya dikenal sabar, kuat, lembut, dan penuh kasih sayang. Sosok yang menjadi tulang punggung hati dan peneduh jiwa dalam rumah tangga ini, kini telah meninggalkan luka dalam yang tak pernah benar-benar sembuh bagi mereka yang ditinggalkan.
Arina Ayu Lestari, S.Pd., sang anak, kini tumbuh menjadi sosok pendidik yang dikenal banyak orang berkat kelembutan hatinya, tak mampu menutupi kerinduan yang begitu dalam pada ibunda tercinta. Di balik senyum lembutnya di hadapan para murid, ada rindu yang diam-diam dipeluk setiap malam, dalam sunyi, dalam sepi.
"Ibu… andai waktu bisa kuputar kembali, ingin rasanya aku memelukmu lebih lama, menyampaikan seluruh kasih sayang yang mungkin belum sempat aku sampaikan. Namun kini, yang tersisa hanyalah rindu yang tak pernah selesai, doa yang tak pernah berhenti kupanjatkan dalam setiap sujud malamku," ucapnya lirih, matanya berkaca-kaca menahan air mata yang jatuh perlahan.
Bukan hanya sang anak. Abdul Wahhab, suami yang setia menemani perjalanan hidup almarhumah, juga tak luput dari luka yang tak pernah sembuh. Tak ada hari tanpa menyebut nama istri tercinta dalam doa panjang yang ia bisikkan, dalam sunyi yang semakin terasa hampa.
"Tak mudah melangkah tanpa dirimu. Rumah ini tetap berdiri, tapi rasanya kosong. Sepi. Tak ada lagi suara lembutmu, tak ada lagi senyum hangat yang menyambutku setiap pulang. Hari demi hari, aku hanya mampu menyebut namamu dalam diam, dalam zikirku, dalam rindu yang tak pernah selesai," ungkapnya, dengan suara yang nyaris putus oleh tangis yang tertahan.
Di setiap ziarah mereka ke pusara almarhumah, derai air mata menjadi teman setia. Seakan batu nisan itu berbicara dalam bisu tentang cinta yang tak sempat selesai, tentang rindu yang tak pernah usai.
Bagi mereka berdua, Misbah Binti Umar bukan sekadar istri dan ibu. Ia adalah kekuatan, penopang semangat, penenang duka, dan cahaya dalam hidup yang kini meredup perlahan.
"Ibu, engkau telah pergi, namun cinta dan ketulusanmu kekal hidup dalam diri kami. Aku, anakmu, akan terus mengingat setiap nasihatmu, setiap doamu, setiap kasihmu, sampai kelak Allah pertemukan kita kembali, di tempat yang jauh lebih indah dari dunia ini," tutup Arina Ayu Lestari dengan suara bergetar menahan tangis.
Kini, yang tersisa hanyalah kenangan dan doa. Doa-doa panjang yang mereka haturkan kepada Sang Khalik, agar Almarhumah Misbah Binti Umar ditempatkan di sisi-Nya yang paling mulia, diampuni segala khilafnya, dilapangkan kuburnya, dan dipertemukan dengan orang-orang shalihah yang telah lebih dahulu berpulang.
Karena rindu ini tak akan pernah usai. Sebagaimana cinta seorang anak dan suami yang tak akan pernah pudar, tak akan pernah lekang oleh waktu.
"Al-Fatihah untuk Almarhumah Misbah Binti Umar." RED'Mad".

Perempuan Mulia yang kini di Syurga🥰🥹
BalasHapusBahagiakah KAU DI syurgamu ibu🥹???
Kerinduan kami tidak dapat di tunai dengan pertempuan,, tetapi kami sering merayu ALLAH. Untuk menghadirkanmu dalam setiap mimpi kami🥰🤲
Al-fatihah Ibu💕🥀🤲🤲