Polres Bima Amankan 403 Tabung Gas Melon dan 97 Kaleng Gas Portabel

Bima, SentralNTB.id – Kepolisian Resor Bima melalui Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) Satreskrim berhasil membongkar praktik penyalahgunaan distribusi Liquefied Petroleum Gas (LPG) bersubsidi. Pengungkapan kasus tersebut dilakukan pada Sabtu (26/07/25) sekitar pukul 15.00 WITA di Desa Samili, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima.

Kapolres Bima, AKBP Eko Sutomo, S.I.K., M.I.K., secara langsung memimpin konferensi pers (Press Release) yang digelar di Mapolres Bima, Rabu (30/07/25) pukul 08.35 WITA, didampingi Kasat Reskrim AKP Abdul Malik, SH, Kasi Humas AKP Adib Widayaka, serta perwakilan dari Disperindag Kabupaten Bima dan PT Pertamina TBBM Bima.

"Satreskrim Polres Bima berhasil mengungkap tindak pidana penyalahgunaan niaga LPG bersubsidi, sebagaimana diatur dalam Pasal 40 angka 9 UU Nomor 6 Tahun 2023 yang mengubah Pasal 55 UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi," ujar Kapolres.

Satu Tersangka Diamankan, Puluhan Alat Oplosan Disita

Dalam operasi tersebut, polisi mengamankan seorang tersangka berinisial SD, warga Desa Samili. Selain itu, seorang lainnya berinisial L masih berstatus sebagai saksi dalam kasus ini.

Barang bukti yang diamankan dari SD meliputi:

127 tabung gas LPG 3 kg (64 berisi, 63 kosong)

47 kaleng gas portabel (39 berisi, 8 kosong)

Seperangkat alat untuk mengoplos gas

Sementara dari L, disita:

276 tabung gas LPG 3 kg (213 berisi, 63 kosong)

50 kaleng gas portabel (42 berisi, 8 kosong)

Satu unit alat pengoplos gas

Secara keseluruhan, barang bukti yang diamankan dari keduanya meliputi:

403 tabung gas LPG 3 kg (277 berisi, 126 kosong)

97 kaleng gas portabel (81 berisi, 16 kosong)

2 perangkat alat pengoplos gas

Ditengah Kelangkaan Gas, Polisi Bertindak Tegas

Kasus ini menjadi sorotan publik karena terjadi di tengah maraknya keluhan masyarakat tentang kelangkaan gas melon 3 kg. Kapolres Bima menegaskan komitmen jajarannya dalam memberantas penyalahgunaan barang subsidi yang merugikan negara dan menyengsarakan rakyat.

“Kami tidak akan pernah berhenti menindak tegas penyalahgunaan gas subsidi. Kami juga mengajak masyarakat untuk melapor jika menemukan indikasi penyimpangan distribusi gas LPG 3 kg atau barang subsidi lainnya,” tegas AKBP Eko Sutomo.

Pengakuan Tersangka dan Ancaman Hukuman

Dalam konferensi pers tersebut, tersangka SD mengakui bahwa ia telah melakukan praktik pengoplosan gas selama satu tahun terakhir.

“Dari satu tabung gas melon, saya bisa menghasilkan 10 kaleng gas portabel untuk dijual,” aku SD di hadapan Kapolres.

Atas perbuatannya, SD dijerat ancaman hukuman pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda maksimal Rp 60 miliar.

Kapolres juga menyatakan bahwa kasus ini masih akan dikembangkan lebih lanjut, termasuk menelusuri asal muasal tabung LPG bersubsidi yang digunakan oleh pelaku.

“Kami masih akan mendalami dari mana sumber pasokan gas melon ini diperoleh. Hasil pengembangan akan kami sampaikan ke publik,” pungkasnya.

(01"RED’Mad)